Tumbuh Besar dan Menjadi Baik Anakku

Aku mengalirkan harapan dari mata ke mata. Berharap kau mengerti dari setiap nasihat yang terucap. Kau meresapinya hingga ke relung jiwa terjauh. Menjadikannya pesan yang dibuka saat keadaan sedang merampas kebahagianmu. Tapi kau masih kecil yang tak paham banyak hal. Belum saatnya kau menangis dan menjadikannya dendam.

Selalu kutitip doa kelak kau berbakti pada jalan lurus. Menafkahkan gerak dan pikirmu untuk kebaikan. Ayah dan Ibu, tidak mewarisimu banyak benda selain bagaimana merancangmu menjadi manusia dan memanusiakan manusia lain. Warisan dari orang-orang terdahulu yang siap kau terima jika kakimu sudah kuat berdiri tanpa topangan kami.

Aku tak memaksamu cepat besar. Menjadi anak kecil itu menyenangkan. Bebanmu tidak banyak. Kau tidak akan memasrahkan harimu habis untuk bekerja. Mengumpulkan rezeki untuk dibawa pulang dan dinikmati di atas meja makan. Kau hanya perlu banyak bermain. Sesekali membuka buku bergambar dan berkomentar bebas tentang isinya. Imajinasimu berupaya seliar-liarnya.

Kau selalu bilang dinosaurus ada di kebun belakang rumah. Ia hanya sembunyi dari kejaran petugas kebun binatang. Mari jaga rahasia agar binatang itu tetap punya rumah sederhana dan menyantap rumput yang tumbuh liar di sekitarnya.

Kau mengarang lagu tentang Ayah yang jago bermain bola dan suka minum kopi tanpa gula. Kita menyanyikannya bersama-sama. Berulang-ulang. Hingga lirik hapal di luar kepala. Lalu kita tertidur. Berpelukan sebentar dan sama-sama terlelap dengan mimpi masing-masing.

Kau sempat bilang terima kasih karena sudah diberi kasih sayang setiap hari. Kau ingin merawat Ayah dan Ibu di hari tua bukan karena balas budi karena memang kasih sayang harus selalu dibagi-bagi.

Tumbulah menjadi besar dan menjadi baik. Tidak peduli apa pikir orang tentangmu. Kau adalah kau yang menjadi manusia dewasa yang tahu jalanmu sendiri. Cahayamu dari rahmat-Nya.

Tinggalkan komentar