Melihat Rivaldo, David Trezeguet, Edgar Davids dari Dekat

Kapan lagi bisa melihat Rivaldo, Marco Materazzi, Robert Pires, dan Bebeto dari dekat, secara langsung, dengan harga tiket hanya 20 ringgit Malaysia (sekitar 60 ribuan rupiah).

Beberapa hari yang saya mendapatkan pengalaman berharga yang pertama saya alami dan akan sulit terwujud lagi dalam waktu dekat. Ini semacam nostalgia ke masa-masa SMP-SMA saat masih rutin menyaksikan Liga Italia dari layar kaca. Ketika magnet klub-klub Italia seperti Juventus, AC Milan, Inter Milan, dan AS Roma begitu kuat mencuri perhatian saya dan teman-teman sebaya yang begitu menggilai Serie A. Ketika itu Liga Inggris hanya sesekali saya saksikan. Kepopulerannya masih di bawah Liga Italia. Pasca AC Milan memenangkan Liga Champions 2007, Liga Italia semakin meredup. Meski di periode 2010 Inter Milan bersama Jose Mourinho berhasil mengangkat trofi Si Kuping Lebar itu, tetap saja tidak bisa mengembalikan kejayaan Liga Italia hingga saat ini.

Bertepatan dengan hari lahir Tunku Islmail Ibni Sultan Ibrahim, Tunku Mahkota Johor –lebih ringkasnya beliau adalah anak dari Sultan Johor- diadakanlah pertandingan amal untuk menggalang dana untuk tiga lembaga (Tunku Laksamana Johor Cancer Fondation, Women’s Aid Organization, dan Persatuan Bulan Sabit Merah Malaysia) yang mengelola dana bantuan untuk disalurkan atas nama kemanusiaan.

Agar terlihat lebih spektakuler maka pertandingan ini melibatkan banyak mantan pemain sepakbola yang pernah bermain di Liga Italia, Liga Inggris, Liga Spanyol bahkan ada beberapa pemain yang pernah mengangkat trofi Piala Dunia dan Liga Champions.

Laga amal ini bertajuk All Stars JDT (JDT TMJ vs JDT Rest of The World). Para pemain bintang tersebut dibagi ke dalam dua tim tersebut. Pertandingan dilaksanakan di Tan Sri Dato’ Haji Hassan Yunos Stadium, Larkin, pada 30 Juni 2019 pukul 9 malam, waktu Johor-Malaysia. Laga ini menyedot banyak penonton yang memenuhi hampir semua bangku penonton.

David Trezeguet (Juventus, Perancis), Rivaldo (Barcelona, AC Milan, Brazil), Robert Pires (Arsenal, Perancis), Bebeto (Brazil), Marco Materazzi (Inter Milan, Italia), Gianluca Zambrotta (Juventus, Italia), Edgar Davids (Juventus, Belanda), Claude Makalele (Chelsea, Perancis), Claudio Cannigia (Atalanta, Argentina), Esteban Cambiasso (Inter Milan, Argentina), Florent Malouda (Chelsea, Perancis), Luis Saha (Manchester United, Perancis) adalah segelintir nama yang berjaya pada masanya turut andil di laga amal tersebut. Gocekan, stamina, dan penetrasi di atas lapangan memang tak seperti dulu lagi saat mereka masih sebagai pemain aktif. Umur mencuri semua kemampuan terbaik mereka. Terlihat hanya Edgar Davids yang masih memiliki sisa-sisa skill yang ditunjukkan di beberapa kesempatan saat bola menempel di kakinya.

Laga amal memang bukan pertandingan yang serius. Tendensinya untuk menghibur penonton. Sehingga gol yang tercipta berjumlah belasan dengan kemenangan di raih oleh tim JDT TMJ. Di pertandingan ini beberapa pemain bintang JDT juga ikut bermain. Dua fans fanatik JDT yang cukup beruntung juga ikut bermain di atas lapangan. Mereka terpilih setelah memenangkan quiz  yang diselenggarakan oleh panitia dengan hadiah dapat ikut tampil bersama mega bintang lapangan hijau di masa lalu tersebut.

Pada tahun 2002, final Piala Dunia yang diselenggarakan di stadion Yokohama, Jepang, Brazil keluar sebagai juara setelah menuntaskan perlawanan Jerman dengan dua gol tanpa balas. Bintang di final saat itu memang Ronaldo. Tapi yang mencuri perhatian saya justru Rivaldo yang bermain sangat baik untuk membantu Ronaldo mencetak banyak gol dan dinobatkan sebagai top scorer di akhir turnamen. Selain itu gol ikoniknya tentu saja tendangan salto saat masih berseragam Barcelona ketika melawan Valencia. Di pertandingan amal di Johor tersebut yang saya tunggu-tunggu penampilannya tentu saja Rivaldo si pengoleksi dua trofi Piala Dunia (1994, 2002). Satu hal yang buat saya senang adalah Rivaldo sempat merepost­ salah satu postingan saya di Instastory-nya.

Di-repost Rivaldo

Gambar diambil di akun IG Official JDT

Gambar diambil di akun IG Official JDT

Gambar diambil di akun IG Official JDT (TMJ dan Edgar Davids)

Gambar diambil di akun IG Official JDT (David Trezeguet)

Foto koleksi pribadi

Foto koleksi pribadi

Foto koleksi pribadi

SETAHUN DI JOHOR BAHRU

Pada akhirnya rentan 12 bulan lebih 2 minggu telah saya lewati dengan kehidupan Kota Johor Bahru dan segala kejutan-kejutannya.

Apakah selama di Johor kehiduapan saya menyenangkan?

Jawabannya tidak, itu karena yang saya rasakan adalah menyenangkan sekali.

Sebagian besar waktu saya memang habis dengan urusan sekolah. Mengajar di kelas, membina pramuka, melatih ekskul futsal, atau beberapa kegiatan yang diadakan oleh KJRI. Jika ada waktu luang atau katakanlah libur yang sedikit panjang saya memakainya untuk mengeksplore tempat-tempat baru di sepanjang semenanjung Malaysia ini. Sementara rekor terjauh saya adalah Pulau Langkawi. Perjalanan hampir 24 jam menuggunakan bus dan kapal feri.

Hidup adalah kelokan-kelokan tajam. Kita tak pernah tahu akan berpapasan dengan kendaraan jenis apa.

Johor Bahru bagi saya adalah kota yang tumbuh tanpa harus menjadi berantakan. Pohon beton ada di mana-mana. Menjulang dan di dalamnya mengalir kapitalisme yang selalu merasa lapar. Tata kota rapi moderinitas tetap terjaga. Layaknya seperti kota besar lainnya kaum marjinal tetap terpinggirkan. Mereka ada, mereka terlihat namun di sisi lain mereka dianggap tidak ada, seperti tidak dilihat.

Johor Bahru bukanlah kota nakal yang berisik karena makian atau suara klakson yang membumbung ke udara. Macet tetap ada tapi tak separah apa yang Kuala Lumpur punya atau seperti Jakarta yang menjadikan macet adalah sarapan pagi, makan siang, cemilan sore, dan makanan penutup saat malam hari. Bahkan Makassar yang menjadi tempat asal saya jauh lebih kasar dan tidak aman bagi pengendara di jalanan.

Saya tak mau membahas pekerjaan saya lebih jauh di sini. Saya adalah guru. Keseharian saya adalah berinteraksi dengan sekolah dan perangkatnya. Seperti murid-murid, pelajaran, dan teman sejawat. Tak jauh berbeda dengan guru-guru lain. Yang ingin saya garis bawahi adalah proses menemukan saudara-saudara baru di sini. Seperti saat setahun saya mengabdi di Raja Ampat dulu atau setahun di asrama PPG, saya menemukan teman-teman yang tak bisa saya sebut teman lagi. Tapi saudara.

Rekan-rekan guru di sekolah adalah sudara saya di sini. Meski mengenal mereka baru setahun ini namun pertalian kami bukan sekadar teman lagi. Tapi keluarga. Ke manakah saya mengadu jika saya mengalami kesulitan atau membutuhkan bantuan jika bukan pada keluarga saya. Dan siapa yang akan menolong pertama kali jika bukan mereka.

Bagi saya keluarga bukanlah ketika lahir di rahim yang sama atau sebagai satu aliran darah dari kakek dan nenek buyut yang sama. Tapi keluarga adalah penerimaan tanpa syarat meski kita dalam kedaan sedih maupun senang gembira.

Belajarlah seperi Johor Bahru. Ia menerima dengan lapang orang-orang yang datang mencari kehidupan di dalamnya. India, Pakistan, Indonesia, Cina semua adalah keberagaman. Jangan menjadikan perbedaan sebagai alasan menolak kehidupan.

Setidaknya saya memiliki waktu 12 bulan lagi, jika tidak mungkin lebih, untuk menikmati langit Johor dan hal-hal yang menyenangkan lain di dalamnya. Dan saya percaya Tuhan masih mempercayakan saya  untuk bertanggung jawab mendidik anak-anak TKI itu dan saya bisa banyak belajar lagi ilmu kehidupan di masa pengabdian yang sebenarnya cukup singkat ini.

Harapan saya tidak terlalu muluk-muluk sebagai manusia. Saya hanya ingin bermanfaat bagi kehidupan. Saya ingin hubungan horizontal dan vertical saya bisa seimbang. Kedamaian yang saya idam-idamkan bisa terwujud dari pergerakan kebaikan yang selalu menyertai.

Johor Bahru, 2017

WhatsApp Image 2017-10-16 at 11.01.55kk.jpeg
Johor dari perspektif menyenangkan

WhatsApp Image 2017-10-16 at 11.01.55jj.jpeg
Menjadi Johorian

KITA BAHAGIA OLEH PERPISAHAN

Separuh dari kita adalah kehilangan. Itu yang saya pahami dari ihwal pertemuan. Perpisahan adalah cara lain menemukan diri dalam bentuk kesedihan. Meski ia tak berbentuk airmata. Paling tidak perpisahan mampu membungkam kata-kata.  Setiap orang punya alasan tersendiri kenapa perpisahan adalah airmata atau pun bentuk kesenangan. Saya tak ingin mendiktemu untuk menyebutkan tipe manusia seperti apa dirimu jika dihadapkan dengan perpisahan. Sebab kita adalah perpisahan itu sendiri.

Saya selalu menaruh curiga pada orang-orang yang terlampau bersedih saat dihadapkan dengan situasi detik-detik perpisahan. Bukankah itu suatu yang lumrah dari upacara pertemuan. Bagi saya pertemuan adalah perpisahan yang tertunda. Pada masanya akan tiba ritual lambaian tangan, pesan-pesan pamungkas, atau paling jamak adalah ucapan “kabari jika sudah tiba”. Baiklah, jika di kepalamu sedari tadi menyimpulkan perpisahan yang saya tujukan adalah kematian. Itu salah besar. Di sini saya tak ingin membahasnya. Kematian itu pasti. Biarlah ia menjadi urusan Tuhan dan Malaikat pencabut nyawa.

On track, again

Saya menemukan pelukan dan segala bentuk haru yang dihamburkan di tengah lapangan SIJB. Klimaks dari pertemuan benar-benar khatam pada pukul 14.55 siang saat matahari tak terlalu angkuh. Rekan-rekan dari PPL UIN Malang sebentar lagi akan bertolak menuju Bandara Changi di Singapura. Tugas mereka telah purna. Saatnya kembali ke asal dengan kehidupan sesungguhnya. Segala apa yang mereka habiskan di kota Johor Bahru tak bersifat permanen. Mereka akan menemukan garis akhir. Dan itu hari ini.

Saya memposisikan diri saya sebagai pengamat perpisahan. Saya tak berbakat jadi pengamat politik. Sudut pandang saya berfungsi sebagai mata kamera yang siap mengabadikan setiap momen. Siswa, rekan Guru semuanya berpesta pada gemuruh selamat berpisah. Saya sudah terlampau sering mengalami drama perpisahan. Sehingga saat seperti ini ketika menghadapi upacara perpisahan lagi tak membuat saya benar-benar larut untuk meratapinya.

Berterima atau pun tidak perpisahan adalah sebuah wahana kesedihan atau kegembiraan. Tergantung kamu ingin berposisi sebagai apa.

20170312_145825.jpg
Perpisahan adalah kita sendiri

20170312_144958.jpg
Bergembiralah karena perpisahan

20170312_145140.jpg
Tabahlah, perpisahan adalah abadi

NASIB HIDUP SEBAGAI PERANTAU

– Note as Johorian 1 –

Kemarin, saat hendak pulang ke rumah setelah khatam mengitari 1/10 bagian wilayah kota Johor Bahru dalam rangka merayakan kemenangan atas selesainya Laporan Bulanan Individu dan Kelompok, serta pembuatan 150 nomor soal Ulangan Akhir Semester, saya, Rian, dan Yusuf bertemu dengan seorang Pria asal Madura. Postur tubuhnya tak melebihi tinggi badan saya. Badannya lumayan berisi. Logatnya perpaduan Madura-Melayu. Ia sedang duduk di halte bus. Ia hendak pulang setelah seharian bekerja. Sebagai sesama perantau maka kami berinisiatif berbagi cerita.

Yusuf: Abang, mau pulang?
Madura: Ia. Indonesia?
Rian: Ia. Saya Jambi. Abang?
Madura: Saya asli Madura.
Saya: Tinggal di mana Bang?
Madura: Daerah Bandar. Ini saya lagi tunggu bus ke Bandar.
Yusuf: Abang kerja ya?
Madura: Ia di dalam (menunjuk ke Plaza Holiday). Kalian?
Saya: Kerja juga Bang.
Madura: Di mana?
Yusuf: Di Konsulat. Cik Gu.
Madura: Wah, enak dong.
Saya: Tidak juga. Sama saja dengan kerja di tempat lain.
Madura: Berarti kalian permit ya?
Saya: Alhamdulilah iya. Setahun. Abang gimana?
Madura: Nggak. Jadi saya mesti passing tiap bulan.
Saya: Waduh berat diongkos ya.
Madura: Iya. Tak ada pilihan lain. Urus permit pasti ribet. Bayarnya juga banyak. Johor-Batam bisa makan duit 600 ribu-700 ribu. Sementara gaji tak seberapa. Belum lagi keluarga di kampung butuh kiriman.
Yusuf: Hidup memang kayak gini Bang. Banyak risikonya.
Madura: Mau pulang ke Indonesia, kerja juga susah. Kerjaan sih banyak, tapi tidak berimbang dengan pemasukan serta kebutuhan. Masih mending di sinilah Dek. Gaji masih manusiawi.
Saya: Abang kerja apa?
Madura: Tukang pijit Dek.
Saya: Berarti terima perbulan.
Madura: Ia. Tapi gak tentu.
Saya: Maksudnya?
Madura: Jadi sistem kerjanya bagi hasil dengan yang punya.kedai pijat, 60:40. Semakin banyak yang datang. Semakin banyak yang saya terima.
Saya: Semoga makin banyak pelanggannya Bang.
Madura. Iya Dek. Sebenarnya kerja di Johor ini enak. Sisa kita aja yang milih kerjaan. Gaji masih lebih baik daripada kerja di Indonesia. Apa lagi saya gak lulus SMP. Jadi kerja cuman mengandalkan otot. Pernah sih saya kerja di daerah Malang. Di percetakan. Tapi itu, usahanya  gulung tikar. Sepi orderan. Diajakin teman ke sini. Saya ikut. Tak ada pilihan lain.
Saya: (diam dan hanya terus menyimak)
Madura: Antara risiko dan gaji, lebih besar risiko Dek. Meski punya paspor saya tetap masih takut. Polisinya macam di kita, juga suka minta-minta uang. Jangan sampai kena tangkap. Kalau sudah masuk penjara sini bisa disiksa batin dan fisik. Teman saya pernah sekali, Perempuan, kena tangkap. Dia menderita di dalam penjara. Nggak sanggup saya bayanginnya Dek. Kerja di Malaysia dilematis memang. Perlindungan dari Negara juga sangat minim. Berserah pada Tuhan saja Dek.
Saya: Mau gimana lagi Bang. Ini sudah risiko yang mesti ditanggung.
Madura: Bus saya sudah datang. Saya pamit duluan ya.
Yusuf: Iya Bang. Terima kasih Bang.

Abang Madura itupun beranjak pergi. Kami tak sempat bertukar nama. Tapi kami bisa saling mendukung atas anugerah yang Tuhan berikan. Hanya dengan begitu kami bisa tetap survive di negeri orang untuk sekadar mengisi hajatan perut.

Jika perspektif orang-orang menilai bahwa kerja di luar Indonesia itu menyenangkan. Salah besar. Risiko dari berbagai penjuru bisa datang dan membahayakan kami. Pun dengan mereka (orang Indonesia) yang bekerja dengan permit serta menjadi bagian dari di perusahaan bonafit. Tetap saja mereka tak bisa menghindar dari rasa ketakutan akan risiko-risiko tadi. Intinya, disyukuri saja semuanya. Karena tanpa mengambil risiko, kita tak akan pernah kemana-mana. Nasib tak akan berubah sama sekali.

 

 

(sumber gambar: lintasanpelangi.blogspot.com)

KS2 DAN HAL-HAL YANG SELESAI

Kompetisi sains dan seni (KS2) mencapai garis akhirnya dan menyisahkan banyak hal bagi saya. Dari sekian banyak kepanitian acara yang saya pernah terlibat di dalamnya. KS2 inilah yang memberikan kesan terdalam. Saya banyak belajar di perhelatannya. Segala sesuatu yang berhubungan dengan manajemen kegiatan. Detail pekerjaan. Kerjasama yang seimbang. Serta kerja rangkap akibat kekurangan personil. Semua adalah paket pembelajaran yang bisa saya rangkum di dalam diri. Sehingga di masa berikutnya saat ada kegiatan serupa atau jauh lebih besar lagi. Saya bisa turut andil tanpa harus keteteran dan banyak bertanya.

Semenjak seminggu sebelum mencapai puncak KS2 saya menjadi tidak produktif lagi mengisi rumah saya di blog ini. Waktu serta sempitnya kesempatan yang membuat semuanya terhalang. Saya hanya sesekali memposting gambar terkait kegiatan KS2 di IG dengan caption sederhana, tapi tetap mewakili apa yang sedang saya kerjakan. Berhubung malam ini waktu saya lowong dan semangat menulis begitu besar. Maka kesempatan merangkum cerita KS2 saya mulai. Segelas kopi mochaccino menjadi kawan yang baik untuk menuntaskan.

Sejak rabu 19 Oktober 2016, Ibu Dewi Lestari selaku kepala Pensosbud (Penerangan Sosial Budaya) KJRI Johor Bahru, merangkap sebagai PLH Kepala Sekolah SIJB dan Ketua Panitia KS2 memberikan kelonggaran bagi kami, para Guru, untuk meliburkan kegiatan belajar mengajar. Agar kosentrasi bisa seutuhnya tercurah untuk persiapan KS2. Ini cukup menguntungkan bagi saya. Karena bisa berfokus pada satu hal saja.

Entah alasan apa setiap kegiatan yang membutuhkan kepanitiaan saya selalu berada di posisi kesekretariatan. Dari dulu hingga sekarang. Pun pada perhelatan KS2 ini. Tanpa tedeng aling-aling, nama saya tiba-tiba menempati pos penanggungjawab kesekretariatan. Suatu hal yang tak bisa saya tolak. Karena sudah terbiasa.

20161020_140858.jpg
Terlibat di tim Perlengkapan

20161020_141640.jpg

Kali ini partner kerja saya adalah bapak Ridwan. Beliau merupakan salah satu staf di Pensosbud sekaligus menjadi panitia KS2.

Dari pak Ridwan, saya belajar tentang detail penyiapan. Apapun itu, selama masih berkaitan perihal berjalan lancarnya acara, harus rinci. Tersiapkan dengan matang. Tak boleh lewat satu hal pun. Tak boleh kurang satu benda pun.

Menarik ke belakang di masa Ramadhan terakhir. Saya dan teman-teman MSI Makassar membuat perhelatan akbar pertama kami. Perayaan Harlah MSI yang pertama. Kerja hampir sebulan penuh di Ramadhan. Dengan beberapa penambahan serta perubahan konsep yang membuat saya dan teman-teman lain merasa kelabakan dan perlu memutar otak agar semuanya berjalan lancar sesuai konsep yang harus berubah-ubah beberapa kali. Tapi dari sana, pondasi dasar saya tentang ketelitian bermula. Ternyata ada ilmu besar yang saya dapat saat bersusah-susah payah ketika itu.

Saya dan pak Ridwan berbagi peran. Apa lagi beliau tak mendapat jatah libur. Sehingga kosentrasinya harus pecah. Antara urusan pekerjaan dan penyiapan acara KS2.

Pak Ridwan mengajari saya banyak hal. Mulai dari melisting secara detail hal-hal apa yang mesti dipersiapkan sebelum, ketika acara puncak serta pasca penutupan. 2 hari sebelum hari pelaksanaan membuat saya harus berangkat ke sekolah jam 9 pagi dan pulang jam 11 malam.

Belakangan saya sadar. Suksesnya sebuah kegiatan tergantung superior atau tidaknya kita mempersiapkan segalanya.

Selain mengurusi kesekretariatan saya juga ditugasi sebagai Liaison Officer (LO) kontingen Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL). Saya bertugas menjadi penerus informasi dari pihak panitia ke penanggung jawab kontingen SIKL. Mulai masalah dress code, kendaraan, tempat penginapan, serta konsumsi mereka selama berada di kota Johor Bahru. Ditambah lagi, sewaktu-waktu saat bagian perlengkapan butuh tenaga tambahan saya siap diperbantukan.

Jumat, 21 Oktober 2016

Hari ini direncanakan seluruh kontingen dari 7 sekolah Indonesia yang tersebar di Malaysia dan Singapura akan tiba di KJRI JB. Mereka adalah Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), Sekolah Indonesia Singapura (SIS), Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL), Sekolah Indonesia Serawak, Community Learning Center (CLC) A & B, serta tuan rumah Sekolah Indonesia Johor Bahru (SIJB).

Saya dibuat kelabakan oleh rombongan kontingen SIKL. Mereka tiba di konsulat 15 menit menjelang salat Jumat. Sebagai LO, saya harus melayani mereka sebaik-baiknya. Mempersilahkan mereka menunggu di ruang imigrasi dan menyediakan mereka makan. Membagikan baju kegiatan serta kit peserta. Dan beberapa hal kecil lainnya. Antara tanggungjawab pekerjaan dan kewajiban saya pada Tuhan. Yang tambah pusing adalah ketika ketua Kontingennya saya ajak untuk salat jumat terlebih dahulu. Ia menolak. Mereka memilih untuk santap siang daripada melangkah ke masjid. Cekatan saya menyiapkan semua dengan terburu-buru agar saya bisa segera ke masjid. Semuanya berjalan lancer. Meski sedikit panik.

20161021_130120.jpg
Kontingen Sekolah Indonesia Singapura

Pukul 3 siang kegiatan KS2 dibuka oleh Prof. Ari Purbayanto selaku Atese Pendidikan wilayah Malaysia. Semua berjalan lancar sesuai konsep awal.

Laju kerja tak berhenti atau berjalan lambat. Semuanya semakin deras. Ada saja hal-hal baru yang mesti dipersiapkan. Apa lagi ibu Citra dan pak Novel yang paling rusuh dan sering muncul di grup WA. Maklum, merekalah yang mengurusi perihal hotel tempat penginapan para peserta. Hari pertama saja, saya baru benar-benar istrahat pukul 11.30 malam. Dan mesti lanjut lagi besok pagi.

Sabtu dan minggu menjadi 2 hari yang lebih ringan. Karena kami hanya mengerjakan hal-hal yang sudah tersiapkan sebelumnya. Tak ada lagi yang mesti dimunculkan atau dikerjakan secara mendadak. Kami hanya mengikuti protocol yang sudah dibuat. Meski kerja masih tetap hingga jauh malam. Tapi hasil kerja tetap memuaskan. Rangkaian kegiatan ditutup dengan perjalanan edutour ke Legoland yang berjarak 1 jam perjalanan dari KJRI JB.

Berkaitan dengan hasil lomba. SIKL menjadi juara umum dengan mengumpulkan 9 emas. Menyisihkan juara bertahan SIKK yang harus terlempar ke posisi 2. Sekolah Indonesia Singapura yang pada awalnya sangat diunggulkan hanya mampu mengumpulkan 1 emas. Masih kalah dengan sekolah-sekolah dari ladang. Penampilan serta fasilitas yang wah bukanlah faktor utama seseorang bisa unggul dari orang lain. Kerja keras adalah kuncinya.

Sekolah kami sendiri (SIJB) mampu mengumpulkan 2 perak dari lomba Olimpiade Matematika dan Menggambar. Serta Perunggu dari lomba menyanyi.

20161021_160717.jpg
Tim Penari SIJB

20161021_203132.jpg
Rapat Evaluasi

20161022_180231.jpg
Edutour

***

3 tahun ini adalah 3 tahun yang hebat bagi saya. Hidup saya benar-benar berputar 360 derajat keadannya. Hal-hal yang sebelumnya tak pernah saya bayangkan akan mengalaminya. Pada akhirnya saya bisa menjadi bagian di dalamnya. Menyelami dan menjadi pelaku perubahan pada diri sendiri. Dan sedikit pada lingkungan sekitar.

Menjadi Johorian adalah anugerah lain yang tak tahu bagaimana cara untuk bersyukur tanpa ada batas henti. Belum sebulan saya di sini. Namun banyak hal baru yang bisa saya dapat. Meski ritme kerja menjadi berkali-kali lipat. Tapi itu bukan masalah bagi saya. Justru itu adalah padang pelajaran bagi saya ke depannya.